SBK Sasirangan_Logo_FC_RGB

Perajin Sasirangan Peduli Lingkungan

Perajin kain sasirangan di Provinsi Kalimantan Selatan terus berinovasi agar bisa eksis sekaligus meningkatkan nilai ekonomi dari produknya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memproduksi kain sasirangan dengan menggunakan pewarna alami.

Hal tersebut seperti dilakukan Reni Andrina Rahmawati (30), atau akrab disapa Miss Reni, asal Kota Banjarbaru. Tergabung di tim warna -warni kearifan lokal SainBeeKantan (SBK) Sasirangan, Miss Reni mengaku sudah terbiasa menggunakan pewarna alami untuk kerajinan sasirangannya. “Kami perajin sasirangan di Banjarbaru sudah memelopori dan terus mengampanyekan kepada para pera jin sasirangan di Banjarbaru untuk menggunakan pewarna alami,”kata Miss Reni, Jumat (29/9).

Saat dijumpai di rumahnya, Miss Reni tampak sibuk membuat sasirangan menggunakan pewarna alami. Dibantu timnya, Rahmat Amin (25), kain sasirangan yang sudah diwarnai, dijemur.

Menurutnya, jika pembuatan kain sasirangan melibatkan proses pewarnaan dan pencelupan menggunakan pewarna sintetik semisal naphtol, indigosol, reaktif indanthreen, pastinya akan menghasilkan limbah cair berwarna pekat dalam jumlah yang cukup besar. Pelepasan air limbahnya pastinya akan ke lingkungan tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Hal itu dapat merusak ekosistem dan akan menjadi racun bagi organisme air.

Sementara bahan alami yang bisa digunakan, misal warna hitam dari campuran indigofera dan kulit buah jolawe, warna cokelat dari kayu tingi dan bisa juga kayu ulin, warna kuning dari kunyit atau tegeran, warna jingga dari kulit kayu mangrove, dan lain sejenisnya.

Proses pembuatan warna itu meliputi proses langsung seperti bubuk kunyit yang langsung dicampur dengan air, proses ekstraksi dengan merebus serbuk kayu, dedaunan, ataupun kulit kayu. Limbahnya, bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai lagi. Misal dari sisa serbuk, daun maupun kulit buah dan kayu tersebut diolah menjadi kompos yang baik untuk tanaman, termasuk rendaman air bekas pewarnaan
limbah alami. Soal ketahanan pewarnaan pada kain, dijelaskan Miss Reni cukup tahan. “Sebab sudah
diuji tahan sampai lima tahun dengan perawatan khusus,” urainya.

Tiap bulannya produksi kain sasirangan pewarna an alami di Tim SBK Sa sirangan ini bisa mencapai 30 potong kain, 20 produk siap pakai semisal rok, ou ter, celana dan kemeja, 12 jenis tas juga produk turun an lain seperti tempat tisu, sarung bantal sofa, tatakan gelas dan produk rumahan lainnya.

Bicara harga relatif bersa ing dari Rp 150.000 untuk selendang, tote bag ataupun pouch, hingga Rp 800.000 hingga Rp 1.000.000 untuk kain berukuran 2 meter dari bahan katun satin dengan motif klasik. Harga ini lebih mahal dari sasirangan biasa yang dibanderol di bawah Rp500.000.

Kepala Bidang Perindus trian Dinas Perdagangan Pemko Banjarbaru, Syahi dah, mengaku mendorong langkah yang dilakukan perajin sekaligus mentor di SBK sasirangan.

Dia mengatakan di Ban jarbaru jumlah Industri Kecil Menengah (IKM) Sasirangan total sementara yang terdata ada sebanyak 36 IKM. “Dari 36 IKM Sasirangan yang ada, yang telah membuat warna alam masih 11 IKM, “ kata Syahidah.

Dijelaskan Syahidah, pihak Dinas terus melakukan pembinaan dengan mengge lar pelatihan untuk pening katan produksi, pelatihan peningkatan kualitas pro duksi, pelatihan pemasaran dan dengan mengikutkan para pelaku IKM dan kar yanya ke pameran-pameran baik lokal maupun nasional.

Lolos Kurasi BI Kalsel

PRODUK sasirangan bepewarna alami buatan pun mendapat kan apresiasi dari Bank Indonesia.

Di tahun 2022, Reni Andrina Rahmawati (30), atau akrab disapa Miss Reni, asal Kota Banjarbaru. mendapat kesem patan mengikuti kurasi dari Bank Indonesia untuk penjualan sasirangan dengan pewarna alam di Jepang.

“Setelah mendapat berbagai pelatihan dan mengikuti ku rasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) Kalimantan Selatan, saya mendapat kesempatan untuk mengikuti selek si IKRA (Industri Kreatif Syariah) Indonesia bersama empat pengrajin fesyen di Kalimantan Selatan dan diwawancarai oleh desainer nasional, Wignyo Rahadi. hal ini menjadi ke banggaan tersendiri tentunya,” tambahnya.

Hingga 2023 ada sebanyak 50 perajin Sasirangan yang su dah bekerja sama dengan Miss Reni melalui SainBeeKantan (SBK) Sasirangan. Pada Agustus 2023, dibawah binaan Wo men’s Earth Alliance (WEA), sebuah Yayasan internasional yang peduli pada produk ramah lingkungan dan pemberdayaan pe rempuan, membina tim SBK Sasirangan selama satu tahun da lam program Rucler (Rural Climate Economic Resilience).

Baru-baru ini tim SBK Sasirangan juga mengadakan MoU de ngan Reborn Décor Art dari Vietnam untuk mengombinasikan sasirangan pewarna alami dengan produk mebel. Kolaborasi ini akan ditampilkan dalam suatu pameran furniture di Vietnam pada akhir Oktober, 2023.

Program Miss Reni selan jutnya adalah membekali para pengrajin Sasirangan di Banua (Kalimantan Selatan) agar bisa berbahasa Inggris. Sehingga perajin sasirangan yang memiliki potensi memadai bisa memamerkan hasil karyanya di internasional tan pa ada alasan kendala bahasa.

Source : Smartbiz – Edisi (Sabtu, 30 September 2023)